Home » » Negara Maju Tanpa Ujian Nasional (UN)

Negara Maju Tanpa Ujian Nasional (UN)

    @phammank3693 , kemarin peringatan hari pendidikan pada tanggal 2 mei 2013 menyisahkan banyak pelajaran berharga untuk saya pribadi dan saya harap anda pun bisa merasakan dampak dari aksi peringatan yang dilakukan oleh mahasiswa, ormas, dll. setidaknya menurut pengamatan dari beberapa referensi yang saya dapat dari internet mengatakan terdapat 3 titik yang kemarin sempat memanas, yaitu di Depan kantor Gubernur Prov. Sul-Sel, Sekitaran Mall Panakukkang, dan di depan kampus UNM gunung sari.
    peringatan hari pendidikan yang semestinya menjadi momentum penyemangat untuk insan pendidik, malah menjadi momentum kekesalan masyarakat maupun mahasiswa yang menganggap ketidak-becusan para pemimpin dalam mengatasi masalah pendidikan di bumi khatulistiwa ini. hampir semua gerakan yang terjadi kemarin menginginkan MENDIKNAS M. Nuh turun dari tahta kursi kekuasaannya yang telah dianggap gagal dalam program-program vital di institusi pendikan, diantaran pro kontra RSBI, sampai pada masalah-masalah pada Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA/sederajat beberapa waktu lalu. entahlah apakah kini program pembangunan mutu dan kualitas pendidikan kita bukan lagi program melainkan proyek pemerintah untuk mendapat budget lebih..
   beberapa tuntutan yang sempat dilontarkan mahasiswa kemarin, dan salah satunya  adalah HAPUSKAN UN, mhhmhmhmmm entahlah juga kalau UN itu di hapuskan apakah makin kacau atau bisa memperbaiki sistem pendidikan yang digerogoti oleh orang-orang yang tak pantas jadi bagian sistem tersebut...
   sekarang saya akan share beberapa negara MAJU yang tidak memiliki program UN dalam sistem pendidikan mereka, silahkan di baca dan jangan lupa tinggalkan komentar !!!! :)



1. Finlandia
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.

2. Amerika
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.

3. Jerman
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.

4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.

5. Australia
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya



*Jangan Lupa Tinggalkan Komentar yachh :)
  NB: komentar hanya dapat diposting menggunakan akun FaceBook
          jadi sebelum komentar, silahkan login dulu di FB anda :)

0 komentar:

Posting Komentar

Donasi Kepada Penulis