Curhatan Pemburu Ijazah (Sarjana)


Salam Sejahtera...
Lama rasanya baru sempat menulis lagi disebabkan kesibukan yang disebabkan oleh tugas akhir yang mendesak. tapi alhamdulillah, sekarang ada sedikit kesempatan untuk mengotori blog ini dengan tulisan yang tidak tau apa gunanya, tapi saya berharap anda tetap setia membaca tulisan ini sampai akhir :)


Hidup adalah perjuangan, perjuangan mendapatkan kebahagian, perjuangan di jalanan (demo) :D , perjuangan mendapatkan pasangan terutama PERJUANGAN CEPAT SARJANA dan banyak perjuangan lainnya.
Bagi penulis, anda atau mungkin juga orang yang disekitar anda, momen perjuangan meraih gelar sarjana adalah hiruk-pikuk yang tak bisa dianggap sederhana. Ada puluhan mata kuliah dan tentunya bisa saja ada hingga ratusan tugas yang ada dalam mata kuliah tersebut HANYA untuk mendapatkan yang namanya Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang diharapkan. Mata kuliah dan tugas-tugasnya adalah pengantar saja, karena itu masih diluar kewajiban Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tugas akhir yakni SKRIPSI -_-“ . dan disinilah yang sepertinya menjadi moment dimana mahasiswa tersebut menemukan masa jemu (itu menurutku) .

“Skripsi memang tak mudah, tapi adakah alasan untuk menyerah? Bukankah memilih berhenti berarti menyia-nyiakan perjuanganmu selama ini, padahal keberhasilan pasti bisa diraih jika kamu mau bertahan sedikit lagi?”

(foto saudara sperjuanganku, khaidir syahrul “ujian proposal”)
-klik nama untuk menuju TKP FBnya didit :D-

Sebenarnya saya ingin mengupload fotoku waktu seminar lalu tapi sayang gak ada yang foto saya, mungkin karena tercengan melihat saya yang duduk termenung tanpa ekspresi di depan moderator, ketua prodi, pembimbing dan penguji. Jadi mending saya pasang foto saudaraku khadiir syahrul yang memang orangnya eksis di facebook, jadi saya curi aja fotonya di facebook -_-“
“Saya  masih ingat betapa dulu saya pernah sangat bersemangat. Ketika itu, saya merasa bahwa skripsi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti (maafkan takabburku TUHAN -_-). saya punya keyakinan, ‘asalkan mengerjakan skripsi sesuai topik yang disukai, kamu tak akan mengalami kesulitan atau merasa malas saat mengerjakan’. Namun apa yang terjadi itu semua tak sesuai yang saya pikirkan, #NYESEK -_-“
Sejak mengikuti kelas Metodologi Penelitian,saya mulai menimbang-nimbang tentang topik, judul, dan metode apa yang akan dipilih (ini mata kuliahku, saya harap teman seperjuangan prodi Manajemen FE-UNM Angkatan 2011 masih ingat mata kuliah ini -__-“). Sayangnya, segala sesuatu memang TAK SELALU berjalan sesuai harapan. Proposal yang saya paparkan di kelas Seminar nyatanya di kritik habis-habisan, sehingga berakibat mesti saya perbaiki mulai dari penggantian judul, indikator Variabel, sampe muka saya disuruh ganti -_-‘ (upszz, bercanda jeka’ :P :D ). Akhirnya, kamu pun harus rela menerima banyak revisi lalu mempernaikinya lagi. Meski menelan rasa kecewa, saya  tak punya pilihan selain memperbaiki pekerjaanku.
“Sekali gagal bukan berarti selamanya, sedangkan berhasil itu soal seberapa gigih kamu mau berusaha.”



(lagi-lagi mukaku tidak ada, krna saya yang foto -__-. “main PS”)


Tapi jika benar telah terjatuh dan tak bisa bangkit lagi (alay -_-) untuk mendapatkan inspirasi mengerjakan proposal, memang sepertinya alternatif seperti foto diatas, bisa menemani kesengajangan ketika insiprasi itu hilang. Apapun kesulitan yang saat ini saya dan mungkin anda  alami, yakinlah bahwa semuanya pasti bisa terlewati. Sebagai manusia, kita boleh kok sesekali mengeluh atau bersedih. Tapi setelahnya, kembali tegakkan kepala karena perjuangan harus dilanjutkan.

Dari argumen pengantar diatas, maka dapat ditarik hipotesis atau dugaan sementara -_- , apa yang terjadi dengan saya semenjak mengerjakan skripsi ini,
1.      Saya lebih suka mengasingkan diri di kamar, sibuk pacaran dengan ‘Hades’ atau ‘Phantom’ (jangan salah  paham -_-, saya bukan MAHO karena itu berdua adalah nama leptop yang saya gunakan).
Saat masa-masa mengerjakan skripsi, saya lebih suka menyendiri. Jarang keluar kamar, jarang terlihat di kampus, tapi saya tetap berusaha eksis di dunia maya :D. Menurutku, menyendiri adalah cara yang efektif untuk meminimalisir distraksi. Tapi, bukankah sebagai manusia normal saya tetap butuh untuk bersosialisasi. Saya berusaha tetap menjalani hari-hariku seperti biasa,  terutama bermain Camfrog dan bertemu dengan sahabat-sahabatku J. Sekadar bertemu sahabat dan minum kopi bersama alterantif menghilangkan kejenuhan. Justru di momen ini saya bisa berbagi berkeluh kesah dengan sahabat-sahabatku J . Mengajak mereka berdiskusi untuk membantu menemukan solusi atas masalah yang sedang saya alami.
Meski memilih sendiri itu sah-sah saja, sesekali menikmati saat-saat bersama teman dan keluarga pasti akan membuatmu lebih bahagia.


“Ingat, hidup ini bukan cuma soal skripsi, masih banyak sisi kehidupan lain yang harus  hidupi”

2.      Inilah masa penuh tekanan, ketika di tanya oleh Orang Tua, keluarga, sahabat, dan someone tentang kemajuan skripsiku, ketika itulah SAYA DILANDA KEPANIKAN

‘SANTAI TAPI PANIK’
Kutip: dari yang sering saudara A.Alan dan Aminah katakan
(NB: mereka berdua adalah teman kampus saya)

 gmana mhe skripsi ta’ ???
Kapan kie wisuda ???

Itulah dua dari beberapa pertanyaan yang sering orang tua, teman, someone katakan, yang serasa mendoktrin saya untuk meloncat dari lantai 17 menara phinisi menara phinisi UNM


  (menara Phinisi UNM, hasil jepret sendiri :D)


Gmana ??? tinggi kan.. seperti itulah resiko yang mendoktrin saya ketika mendengar kata-kata tersebut (jujur, saya serasa ingin menangis). Saya tidak alay, tapi saya manja -_-“
Kadang, masa-masa mengerjakan skripsi terasa melelahkan lantaran saya merasa dikejar-kejar. Saya merasa diinterogasi ketika keluarga, sahabat, someone menyampaikan pertanyaan seperti di atas. Kesulitan saat menyelesaikan skripsi menjadikanku cenderung sensitif dan perasa. Kamu jadi mudah tersinggung, sedih, atau marah ketika ada orang yang menanyakan soal skripsiku.-_-
Tak perlu membebani diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif. Tenangkan diri dengan cara berpikir positif. Bertanya bukan berarti ingin membuat saya tertekan. Sebaliknya, mereka yang bertanya adalah orang-orang yang benar-benar peduli dengan saya J. Justru pertanyaan-pertanyaan mereka yang sebenarnya bisa dijadikan motivasi. Bersama mereka membuatmu selalu ingat bahwa kewajibanku belum selesai. Dan bukan sekadar fokus ingin cepat selesai, tapi kamu ikhlas menjalani setiap proses dan tahapnya dengan penuh semangat. #Makassartidakaman, upszz -_- , salah bikin hastag.. mestinya #terimakasihpapamama #terimakasihsahabat #terimakasihsomeone

1.      NERAKA KECIL adalah saat melihat sahabat-sahabatku wisuda. Memandang mereka bertoga, hatiku galau sembari bertanya:
“Apakah aku bisa segera menyusul dia?”

Setiap mahasiswa akan menjalani prosesnya sendiri-sendiri. Bukan berarti saya dan teman-temanku bisa lulus bersama meskipun kami berasal dari satu angkatan yang sama. Dulu, kita terbiasa mengerjakan tugas-tugas kuliah bersama. Bahkan, saat ujian pun kalian akan berusaha saling membantu baik itu tentang pelajaran, saling membantu untuk bolos, bahkan kompak tidak masuk kuliah -_-.
Namun, masa-masa menyelesaikan skripsi akan terasa jauh berbeda. Temanku yang terkenal rajin pasti akan buru-buru menyusun proposal dan menemui dosen pembimbing. Sementara, beberapa temanku yang lain masih gamang menentukan topik skripsinya. Bahkan, ada pula yang masih harus mengulang beberapa mata kuliah karena tak lulus. Dan adapula yang sempat terpuruk ditengah perjalanan seperti saya
Nah, namun saya yakin hal-hal semacam itulah yang akan membedakan hasil belajar selama ini. Kalau akhirnya ada salah satu temanku yang bisa lebih dulu wisuda, apakah pantas jika saya merasa tak terima? Ataukah saya justru ketakutan karena merasa tak akan bisa seperti dia? (entahlah, sayapun juga tidak bisa menjawabnya)

2.      Jujur kadang saya ingin menyerah dan berhenti L . Tapi saya sudah berjuang sejauh ini, memilih menyerah dan berhenti sama saja menyakiti diri sendiri L-_-“
Ada perasaan sedih, kecewa, dan tak terima saat harus merelakan teman-teman diwisuda lebih dulu. Sementara, saya masih harus rajin-rajin ke kampus dan menunggui dosen demi bisa bimbingan skripsi. Tak jarang, kenangan-kenangan semasa jadi mahasiswa baru tiba-tiba membuatku sedih, meskipun saya tiduk ikut satu rasa dengan mereka lewat pengkaderan (LDKM) -_-“ .
Tak ada yang bisa saya lakukan saat ini  kecuali bertahan dengan sisa-sisa kekuatan yang kamu punya (pura-pura alay). Meski harus berkali-kali revisi dan diminta menambahkan referensi, saya akan berusaha melakukan usaha semaksimal mungkin. Saya berpikr bahwa mundur atau berhenti bukanlah opsi yang bisa dipilih.

“saya hanya boleh melangkah maju, sekecil apapun kesempatan”
“Karena kemungkinan terbesar adalah memperbesar kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan,” – HOMICIDE

 

Wait ijin eksis dulu... siapa tau aja ada yang kalian kenal :D
Cape’ menulis, dan bisa jadi anda juga sudah mulai LELAH -_-




Foto KKN UNM angkatan XXXI (kecamatan Camba, Maros)
.
.
.
Lanjut ceritaku :D


1.      Skripsi itu soal kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional, sedangkan lulus itu perkara waktu dan seberapa keras usaha yang dilakukan -_-“
Ketika butuh waktu lama untuk menyelesaikan skripsi bukan berarti tidak pintar. Pasti ada berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Saya sepertinya terlalu sibuk dengan hal lain yang membuatku tak bisa fokus menuntaskan skripsi. Atau sepertinya saya sedang menikmati masa-masa yang membuat saya terlenaAda banyak alasan yang menyebabkan seseorang harus menyelesaikan skripsinya dalam waktu yang lama. Skripsi tak sama dengan ujian yang harus dilakoni setiap akhir semester. Tak sekadar berbekal kecerdasan, kematangan emosionalmu pun akan diuji


"Meraih gelar sarjana memang butuh perjuangan yang tak sederhana, ingatlah kedua orang tua dan keluarga yang ingin melihatmu segera memakai toga wisuda"


Sekian dulu tulisan ini
Saya berharap anda bisa belajar dari alur cerita ngaur tapi serius di atas
Dan terima kasih telah membaca postingan ini 




Referensi : dari blog tetangga / google

Donasi Kepada Penulis